Rabu, 05 Januari 2011

Peranakan Turun (Prolaps uteri)

Dalam dunia medis, peranakan turun kerap diistilahkan dengan prolaps uteri, suatu keadaan dimana posisi rahim turun. Posisi rahim yang normal ada di atas vagina, menggantung di dalam rongga pelvic (panggul). Sementara pada prolaps uteri, posisi rahim turun ke dalam vagina. Ringan beratnya kasus bergantung pada derajat turunnya rahim dari posisi semula. Untuk itu ada beberapa tingkatan.

Tingkatan pertama tergolong masih ringan, yakni posisi rahim turun, tetapi masih berada dalam vagina. Tingkatan kedua, posisi rahim turun dan tampak di lubang vagina. Sementara tingkatan ketiga, rahim turun hingga menyembul dari lubang vagina. Yang paling parah adalah tingkatan keempat, dimana rahim keluar seutuhnya dan menggantung di luar vagina.

Turunnya rahim ini disebabkan oleh adanya kelemahan otot-otot dasar panggul (tempat rahim bergantung). Mengapa otot-otot tersebut bisa lemah? Ada beberapa kemungkinan, seperti adanya kelainan bawaan, faktor usia (proses penuaan), atau lantaran masa menopause karena pada masa ini umumnya sudah terjadi kelemahan otot-otot dasar panggul. Masih ada beberapa faktor risiko lain, seperti riwayat melahirkan normal hingga berkali-kali, melahirkan bayi dengan janin besar sekitar 3,8 - 4 kg, melahirkan dengan adanya kondisi penyulit sehingga ibu harus mengejan kuat atau divakum, atau adanya tumor di perut yang kemudian menekan rahim hingga turun.

Yang perlu disadari, kondisi rahim turun tidak terjadi dalam waktu singkat. Jadi, bukan berarti ibu yang melahirkan janin besar atau setelah melahirkan satu atau dua anak, lalu rahimnya turun. Faktor-faktor tersebut baru merupakan faktor risiko di usia lanjut kelak.

Pegal panggul
Kondisi peranakan turun yang masih ringan tak selalu menimbulkan keluhan. Secara fisik pun tak akan kelihatan, kecuali pada kasus-kasus yang sudah berat. Pada tingkatan tiga atau empat, secara fisik akan tampak bagian rahim yang keluar dari vagina. Keluhan rasa sakit seperti ditarik-tarik atau terasa pegal-pegal di panggul belakang (low back pain) atau bagian perut bawah juga sudah dirasakan. Rahim yang sampai menggantung keluar dari vagina tentu saja terasa mengganjal dan tak nyaman dibawa berjalan. Belum lagi, akibat tergesek-gesek akan timbul perlukaan.

Pada beberapa kasus sering kali ditemui turunnya rahim disertai juga dengan turunnya kandung kemih dan usus besar ke arah vagina. Akibatnya, selain proses buang air kecil jadi terhambat atau terasa tidak plong, penetrasi oleh pasangan juga membuat tak nyaman.

Jarang turunnya rahim ini dialami oleh perempuan usia reproduktif. Selama kasusnya masih dalam batasan ringan pun, Anda tetap memungkinkan untuk mengandung. Yang perlu diluruskan di sini adalah turunnya rahim tidak ada kaitannya dengan perut ibu yang tampak menggantung saat berbadan dua (sering disebut sebagai perut gantung). Ini merupakan dua hal yang berbeda. Perut gantung terjadi bukan lantaran turunnya rahim, melainkan karena kelemahan otot-otot perut.
(copas from http://female.kompas.com/read/xml/2010/07/08/09020728/peranakan.turun.apa.sebabnya)
SECARA ISLAMI
Menurut Ustadz Dhanu, penyakit Peranakan Turun ini diderita oleh seseorang yang dahulunya sebelum terkena penyakit ini mempunyai masalah dengan suami/ anak bisa menerima akan tetapi dalam hatinya belum sreg (pas).

SOLUSI ISLAMI
Penderita harus bertaubat sungguh-sungguh dengan cara segera menyelesaikan masalah yang ada dengan baik-baik dan tidak ada ganjalan lagi. Jangan lupa diiringi dengan mendekatkan diri pada الله , Sholat wajib 5 waktu rutin jangan ada yang bolong-bolong, serta diiringi sholat sunnah tahajud disertai memohon ampun atas segala dosa yang pernah dilakukan.
Wallahu a'lam bisshowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar